JAKARTA, KOMPAS.TV - Rosianna Silalahi mewawancarai Devi Pandjaitan dan Kerri Na Basaria, Pendiri dan CEO Tobatenun. Beliau menuturkan proses penciptaan sehelai tenun membutuhkan waktu panjang dan keterlibatan banyak perajin ahli, sehingga menjadi sebuah ekosistem yang hidup.
Ratusan perempuan penenun diberdayakan melalui pembinaan komunitas, riset dan pengembangan produk, serta pelatihan berkelanjutan yang memperkaya keterampilan dan pengetahuan kolektif. Pada akhirnya para perajin menerima kompensasi yang layak, serta membuka jalan menuju kesejahteraan jangka panjang.
Untuk menjaga kelestarian alam, warna-warna diperoleh dari kekayaan botani di sekitar Danau Toba: salaon (Indigofera tinctoria) untuk biru, kayu jabi-jabi atau angsana untuk merah, serta buah itom yang difermentasi untuk hitam. Sisa perca tenun diolah kembali menjadi busana, topi, bahkan lukisan, sehingga tidak ada sampah yang terbuang.
Sampah dari industri fashion atau limbah mode, menjadi masalah lingkungan yang signifikan, terutama karena produksi pakaian yang cepat dan konsumsi yang tinggi. Industri fashion menyumbang sekitar 10% emisi karbon global dan bertanggung jawab atas 92 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya, menurut Waste Managed.
Selengkapnya saksikan Program Kamar Rosi episode Perempuan Berdaya dan Cinta Lingkungan Lewat Tenun Toba hanya di kanal youtube KompasTV.
Link: https://youtu.be/y_ffUzd-S-4?si=iZ8ykGLwmjQRftml
#perempuan #tenun #lingkungan
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/609914/full-perempuan-berdaya-dan-cinta-lingkungan-lewat-tenun-toba-kamar-rosi